Munas ini didukung oleh Update Terakhir Gerakan Lima Puluh Ribu DUkung Munas

Selasa, 10 September 2013

Mereka yang Terpilih di Arena Munas

Munas III Forum Lingkar Pena 2013 yang berlangsung di Hotel Green Villas, Kuta, Bali, dari tanggal 30 Agustus – 1 September dan dihadiri delegasi dari wilayah sedunia, berhasil mengeluarkan beberapa keputusan penting, di antaranya adalah penetapan ketua baru. Demikian dikatakan Sekjen FLP 2013-2017 Afifah Afra Amatullah dalam keterangan tertulisnya pada Ahad (8/9).

Sinta Yudisia Wisudanti, seorang penulis lebih dari 40 judul buku yang juga mantan ketua FLP Wilayah Jawa Timur, terpilih secara demokratis melalui mekanisme voting, mengungguli kandidat lain, yakni Habiburahman El-Shirazy, Intan Savitri dan Yanuardi Syukur.

Tak seperti pemilihan ketua pada berbagai parpol dan organisasi yang kerap berlangsung ricuh, suasana pemilihan ketua baru di Munas FLP itu justru berlangsung dengan riang gembira dan penuh dengan aneka humor segar. Suasana santai, namun tetap serius, dikenal sudah mentradisi di organisasi literasi yang beranggotakan ribuan orang ini.

“FLP ini bukan partai politik, yang segala sesuatu dinilai dengan angka,” ujar Gola Gong, salah satu sesepuh FLP yang juga budayawan asal Banten.

Terkait dengan terpilihnya sebagai ketua umum, Sinta Yudisia mengatakan, “Pergantian pemimpin dibutuhkan untuk revitalisasi dan bukti keberhasilan suatu organisasi mengkader anggota. Siapapun kita, harus siap memimpin, seiring usia kematangan.”

Sinta Yudisia, Ketum FLP 2013-2017
Selain itu, Munas III juga berhasil menetapkan 7 anggota dewan pertimbangan FLP, yakni Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, Intan Savitri (Izzatul Jannah), Maimon Herawati, M. Irfan Hidayatullah, Gola Gong dan Habiburahman el-Shirazy. Ketua dan Dewan Pertimbangan, akan bertugas hingga 2017.

Akan tetapi, AD/ART terbaru yang disahkan di munas, menyebutkan bahwa Dewan Pendiri dan mantan ketua, secara otomatis akan menjadi dewan pertimbangan. Sehingga bisa dipastikan, 5 nama anggota Dewan Pertimbangan, yakni Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, Intan Savitri (Izzatul Jannah), Maimon Herawati, M. Irfan Hidayatullah akan selalu menghiasi FLP ke depan.

“Ini sebagai salah satu upaya, agar tidak terjadi ahistoris di FLP,” jelas Helvy Tiana Rosa, pendiri sekaligus ketua pertama FLP.

Beberapa keputusan penting munas lain adalah perubahan AD/ART yang dibahas di Komisi A, Sistem Kaderisasi yang dibahas di Komisi B, serta Sistem Bisnis dan Advokasi yang dibahas di Komisi C. Ketiga rumusan penting itu, akan menjadi rambu-rambu bagi kepengurusan FLP dengan masa bakti 2013-2017.

PENA AWARD 2013
Serangkaian dengan acara munas adalah penganugerahan Pena Award, yang juga menjadi tradisi FLP sejak 2002. Peraih anugerah Pena Award 2013 adalah Sinta Yudisia (novel terpuji, Takhta Awan), Benny Arnas (Kumpulan Cerpen Terpuji, ‘Bulan Celurit Api’), Yanuardi Syukur (Non Fiksi Terpuji, ‘Terapi Kejujuran’), Afifah Afra (Penulis Terpuji), Masdar Zainal (Penulis Pendatang Baru Terpuji), Syukur A. Mirhan (Puisi Terpuji, Rembulan Pun Melapuk di Reranting Perak), FLP Jambi (FLP Wilayah Terpuji) dan FLP Depok (FLP Cabang Terpuji).

Yang cukup menarik pula, acara penganugerahan Pena Award ini juga dihadiri oleh aktor Cholidi Asadil Alam dan salah seorang komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), Azimah Soebagjo. Lebih jauh, Azimah Soebagjo menyatakan siap bekerja sama dengan FLP khususnya dalam program literasi media yang digagas oleh KPI. [flp/afra/maimonh]

oleh Munas FLP ke-3 tahun 201313.48.00

Ketika Digit Bertasbih; Rupa Acara Munas FLP

Forum Lingkar Pena (FLP), organisasi penulis terbesar di tanah air kembali menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) ke-3. Kali ini diadakan di Hotel Grand Villas, Jl Dewi Sartika, Tuban, Bali. Acara berlangsung mulai dari 29 Agustus  sampai 1 September 2013.

Banyak acara yang digelar dalam event kali ini. Di antaranya adalah seminar nasionl “Quo Vadis Penulis Era Digital”. Pada acara ini pembicara yang hadir di antaranya Staf Ahli Menkominfo Mabruri, Ir Harry Aviadi Achmad, MM (GM Government & Edication) Telkom Indonesia, Oka Rusmini (sastrawan Bali) dan Habiburrahman  El Shirazy penulis novel Ayat-ayat Cinta.

Seminar ini sengaja dipersiapkan untuk memberikan pencerahan kepada penulis, khususnya anggota FLP agar siap menyongsong karir kepenulisan di era digital.  Tujuannya, selain penulis bisa menulis melalui media teks (buku, koran, majalah) kelak juga turut aktif mewarnai karya dengan menjadi penulis karya bahan siaran “untuk ditonton”. Sehingga penulis bisa ikut berkecimpung dalam dunia kepenulisan pertelevisian maupun perfilman. Begitu juga menulis untuk  konsumsi digital, salah satunya melalu penerbitan karya buku elektronik (e-book). FLP sendiri telah menjalankan model bisnis serupa melalui kerjasama dengan Toko Buku Digital QBaca.com Telkom.

Selain acara tersebut, juga digelar event “Travel Writing” yang diselenggarakan di Pantai Jerman, Bali. Dengan topik #SuaraPenulisUntukIndonesia, peserta beramai-ramai menulis melalui media sosial (Twitter) sambil me-mention akun twitter Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (@SBYudhoyono). Peserta menulis tentang keluh kesah, harapan, solusi dan segala hal yang terkait dengan dunia kepenulisan dan perbukuan di tanah air. [flpnet/yons]

oleh Munas FLP ke-3 tahun 201313.39.00

Kamis, 05 September 2013

#SintaYudisia @penasinta: "Kita Belajar Menyayangi dan Menghormati, Apapun Perbedaan Kita" | Pidato Ketum @FLPOke (5/5)

oleh Sinta Yudisia

Ada banyak kepala
Ada banyak pengalaman.
Ada banyak pikiran.

Pernahkah anda makan sarapan pagi bersama ayah ibu dan saudara-saudara, atau suami dan anak-anak, lalu semuanya senang memakan telur ceplok? Selalu ada yang suka ceplok, dadar, scrabble, rebus, tak suka kuning telur, atau bahkan tak suka telur.

Dalam 1 keluarga ada perbedaan. Dalam 1 RT ada perbedaan. Dalam 1 RW ada perbedaan. Dalam 1 kelurahan ada perbedaan. Apalagi dalam 1 organisasi yang melintasi budaya, geografis, perbedaan latar belakang, usia, pendidikan, dan segala macam hal yang mewarnai karakter manusia.

Perbedaan madzhab, partai politik, kebiasaan, tentu bukan menjadi alasan bagi kita untuk enggan berinteraksi sosial apalagi enggan berbagi ilmu dan pengalaman. Dalam Forum Lingkar Pena, kita akan bertemu madzhab Syafii, Maliki, Hanafi, Hanbali. Dalam FLP kita akan bertemu garis kanan, garis tengah, garis kiri. Dalam FLP ada yang berjilbab lebar berjubah, ada yang memakai rok dan syal modis, ada yang memakai celana jins dan kerudung kaos.

Di FLP ada yang suka murottal, ada yang suka nasyid, ada yang suka dangdut, ada yang suka music rock dan klasik. Di FLP ada yang halus, ramah, lemah lembut; ada yang konyol, kocak dan lucu; ada yang kaku, sangar, judes, jutek. Ada beragam partai, ada beragam afiliasi pada figur tertentu.

Tak akan pernah manusia memiliki satu pemikiran.

Tetapi itu sudah final dalam Al-Quran surat 49 ayat 13, bahwa selamanya manusia akan berbangsa-bangsa. Bersuku-suku. Dengan tujuan untuk saling mengenal, bekerja sama, saling memahami.

Di FLP, kita akan belajar dengan kehalusan sastra, kedalaman makna, kekayaan diksi, kebijakan filosofi, bahwa setiap yang terjadi dalam hidup ini adalah proses panjang yang membutuhkan perenungan. Dan ketika manusia berhasil menafsirkan, akan muncul beragam interpretasi.

Dalam literasi, kita mencoba memaknai semua dengan kehalusan budi pekerti, dan menampilkannya dengan keindahan kata. Dalam literasi, kita persedikit fitnah, hate speech, cover one side.

Dalam Forum Lingkar Pena, kita akan belajar menyayangi dan menghormati, apapun perbedaan kita. Tak ada tempat untuk kedzaliman, kekejian, kejahatan. Ketika kita dilanda benci dan kerisauan, kita akan memilih qoulan kariman, qoulan layyiinan; kata-kata paling baik dan paling istimewa untuk dilontarkan yang muncul dari kedalaman sanubari terdalam, sanubari yang senantiasa dihiasi lantunan doa-doa keramat dan jalan rahasia menuju Tuhan.

Kenapa kata terbaik, kalimat terindah?
Sebab kita adalah sastrawan.
Kamu, aku, kita, adalah bagian literasi. Dan, puisi indah ini untuk kita.

“(Mesin ketik) adalah sesuatu yang mirip denganku : terbuat dari besi
Namun mudah rusak di perjalanan
Dibutuhkan kesabaran dan budi bahasa yang besar
Serta jemari yang lembut, untuk menggunakan kami”

(Friedrich Nietzche)

Kita akan menggunakan kata-kata paling berbudi, untuk merengkuh perbedaan manusia.
Selamat bergabung dalam gerbong kebaikan literasi . Engkau adalah gerbong yang menghubungkan masa lalu dan masa depan
( Syaikh Ahmad Ar Rasyid).

***

Tulisan ini termasuk dalam seri pidato Ketua Umum FLP 2013-2017, Sinta Yudisia, yang berisi 5 point penting :
1. Doa
2. Ketum FLP terdahulu & tim
3. Pergantian pemimpin
4. Kesempatan belajar & beramal
5. Perbedaan

oleh Munas FLP ke-3 tahun 201320.15.00

#SintaYudisia @penasinta: "Menerima Amanah Memang Berat, Tapi InsyaAllah Bersamanya Ada Pertolongan Allah" | Pidato Ketum @FLPOke (4/5)

oleh Sinta Yudisia

Saat suatu amanah ditawarkan, kita seringkali dihantui hadits yang kurang lebih demikian, “bahwa pemimpin yang adil akan masuk surga, pemimpin dzalim akan diharamkan aroma surga. Pemimpin adil termasuk dalam 7 golongan yang dilindungi Allah SWT di yaumil akhir nanti.”

Hadits ini demikian populer sehingga mengabaikan hadits-hadits yang lain, yang kurang lebih makna-maknanya sebagai berikut :

“Satu hari pemimpin yang adil jauh lebih lebih besar nilainya dibanding 60 tahun ibadah orang biasa.”

“Allah menyukai manusia yang terlibat urusan-urusan besar, bukan sekedar perkara remeh.” (salah satu urusan besar adalah perkara ummat)


Memang, mengerikan bila pemimpin menjadi dzalim, karenanya dibutuhkan kerja tim yang saling mengingatkan dan menguatkan agar dampak weapon effect tidak menimpa pemimpin. Secara manusiawi, pemimpin akan menjadi otoriter akibat hal-hal yang melekat padanya: pujian, rasa segan, peluang finansial, status, dan hak prerogatif.

Menjadi pemimpin, menerima amanah, adalah mengambil peluang-peluang untuk belajar banyak hal sekaligus mengamalkannya: bagaimana membagi waktu hingga detik, bagaimana mengatur jadwal, bagaimana berusaha menata emosi, bagaimana mencoba mendengar dari bawah hingga ke atas, termasuk bagaimana meningkatkan kapasitas diri dalam segala hal.

Menjadi pemimpin dan timnya adalah kesempatan untuk beramal besar.

Saat Munas kemarin, ketika kita tertidur nyenyak dan makan lahap, tidakkah terpikir berapa besar pahala Sie Konsumsi dan Sie Akomodasi? Mereka bukan saja membantu musafir, mujahid; di setiap nasi yang kita telan ada jerih payah panitia yang insyaAllah tak akan luput dari pencatatan Roqibun Atiid. Setiap nasi yang meluncur, setiap detik yang berlalu, setiap detak yang berjalan adalah puji-pujian bagi setiap pelaku kebaikan: semoga dilipat gandakan oleh Allah keberkahan hidupnya.

Maka, siapa yang tidak tertarik untuk bersama-sama memikul amanah?

Ketika hati dukalara akibat kesulitan finansial, atau jodoh, atau keturunan, atau tipu muslihat, atau perilaku manusia dan instansi; manusia dapat mengadu kepada TuhanNya dengan bekal segala pengorbanan yang ia punya. Tidak untuk bersikap pamrih, atau balas budi pada Tuhan. Tentu kita masih ingat peristiwa orang-orang sholih yang terjebak dalam gua, kemudian mereka menyebutkan satu demi satu amal yang pernah dilakukan. Subhanallah, batu besar bergeser dan mereka terlepas dari kesulitan.

Saya pribadi, seringkali berani menerima amanah dakwah sebab merasa tak punya amalan berarti untuk menagih janji pada Tuhan. Pada saat-saat sulit, kritis, seringkali doa terlontar,
“Ya Allah, tidaklah kuhabiskan uangku untuk maksiat di jalanMu, maka bukakan pintu-pintu rizqi. Ya Allah, tidaklah kuhabiskan waktuku untuk maksiat di jalanMu, maka jagalah keluargaku, anak-anakku, suamiku. Ya Allah, tidaklah kuhabiskan hidup ini untuk menentangMu, sementara aku demikian kesulitan membagi waktu, membagi jadwal, maka penuhilah hajat-hajatku, bantulah aku…”

Ya. Menerima amanah memang berat, tetapi insyaAllah bersamanya ada pertolongan Allah terentang. Maka, bagi teman-teman yang bersemangat membantu tim FLP 2013 -2017 ke depan, fastabiqul khoirot!

Ayo, bergabung bersama gerbong literasi, mencerahkan ummat ini.
“Saya mau jadi tim humas!”
“Saya mau jadi tim dana!”
“Saya mau jadi tim divisi kritik sastra!”


Untuk sementara ini, belum tersedia gaji pagi para penggerak FLP. Tapi jangan khawatir. Ketika kita berdakwah, melakukan kebaikan, kita tetap bisa meminta gaji.

“Ya Allah, aku bekerja padaMu. Maka gajilah aku dengan yang jauh lebih hebat dari manusia menggajiku. Mereka hanya bisa menggajiku 500 ribu, atau 1 juta, atau 1M. Tapi Engkau sanggup memberi lebih.”

Tentu, ke depan, FLP ingin mampu memberikan uang lelah kepada teman-teman sebagai pengganti bensin dan pulsa, seiiring kemapanan organisasi ini mengelola setiap perangkat-perangkatnya, termasuk perangkat bisnis usaha sehingga dapat menyediakan dana cukup bagi roda organisasi.


***

Tulisan ini termasuk dalam seri pidato Ketua Umum FLP 2013-2017, Sinta Yudisia yang berisi 5 point penting :
1. Doa
2. Ketum FLP terdahulu & tim
3. Pergantian pemimpin
4. Kesempatan belajar & beramal
5. Perbedaan

oleh Munas FLP ke-3 tahun 201320.04.00

#SintaYudisia @penasinta: "Siapapun Kita Harus Siap Memimpin, Seiring Usia Kematangan" | Pidato Ketum @FLPOke (3/5)

oleh Sinta Yudisia

Pergantian pemimpin dibutuhkan untuk revitalisasi dan bukti keberhasilan suatu organisasi mengkader anggota.

Hal yang lumrah saat pemimpin dipergilirkan dari satu orang ke orang yang lain, dari satu kaum ke kaum yang lain.

Siapa tahu Munas 2017 dipimpin oleh pak Khairani – Banjarmasin, atau Fadhli – Medan, atau Ganjar/Solli dari Yogyakarta, atau Fakhrul- Makassar (Papua) , atau Alimin – NTB, atau Doddy – Padang, atau Fauzul Ilmi – Lampung (?) – atau Benny Arnas (Lubuklinggau), atau Syahrizal/Lukman Hadi – Jawa Timur, atau Yanuardi Syukur – Maluku Utara, atau Bang Aswi/Wildan – Jawa Barat.

Siapapun kita harus siap memimpin, atau memikul amanah, seiring usia kedewasaan dan kematangan. Bila semakin bertambah usia kita tidak memasuki tahap Generativity atau tahap keinginan untuk melakukan sesuatu dalam lingkup sosial – maka ada yang salah dalam perkembangan kepribadian kita.

Usia matang ditunjukkan dengan keberanian menghadapi masalah, menghadapi peluang, menghadapi tantangan. Jadi, siapkan dirimu menjadi pemimpin di masa yang akan datang!

***

Tulisan ini termasuk dalam seri pidato Ketua Umum FLP 2013-2017, Sinta Yudisia yang berisi 5 point penting :
1. Doa
2. Ketum FLP terdahulu & tim
3. Pergantian pemimpin
4. Kesempatan belajar & beramal
5. Perbedaan

oleh Munas FLP ke-3 tahun 201319.50.00

#SintaYudisia @penasinta: "Kerja Optimal saat Dibantu oleh Tim yang Solid" | Pidato Ketum @FLPOke (2/5)

oleh Sinta Yudisia

Mbak Helvy menghantarkan FLP menjadi lokomotif literasi. Kang Irfan menghantarkan FLP menjadi komunitas yang lebih solid dan religius. Mbak Intan Savitri menghantarkan FLP lebih matang mengelola organisasi dan peluang-peluang bisnis.

Di belakang mereka, berdiri sekian banyak orang yang membantuu membesarkan organisasi. Tak mungkin para Ketum mengurusi -- misalnya, agenda Munas – sendirian, mulai dari mempublish acara hingga mencari dana.

Ada Mbak Rahmadiyanti Rusdi yang terkenal kepiawaiannya sebagai Sekjen.

Ada Nurbaiti Hikaru yang terkenal sebagai Seksi Danus. Ada Koko Nata dan Denny Prabowo sebagai Tim Rumah Cahaya.

Di Munas kali ini, Humas diampu oleh Yons Achmad yang mengelola website hingga souding keluar.

Di luar nama yang bisa diingat, satu acara melibatkan demikian banyak relawan yang siap bekerja dengan visi misi tertentu.

Saya hanya sempat bertemu dengan beebrapa panitia FLP Jakarta : Pita, Yusi, Wiwiek, Ali Musafa, Lukman “are you ready?”, Ilham, Vira, dan lainnya. Panitia FLP Bali : Wiwid, Mike…dan lainnya.

Selalu ada kelebihan dan kekurangan dalam diri seseorang. Nobody’s perfect. Karena itu, kekurangannya dapat ditambal dengan kerja tim. Sebagaimana Abubakar ra yang lemah lembut didampingi Khalid bin Walid ra yang keras, Umar bin Khathab ra keras didampingi Abu Ubaidah Ibn Al Jarrah yang lembut.

Maka, saya dengan segala kekurangan yang ada insyaAllah dapat bekerja optimal saat dibantu oleh tim yang solid, amiin.

***

Tulisan ini termasuk dalam seri pidato Ketua Umum FLP 2013-2017, Sinta Yudisia yang berisi 5 point penting :
1. Doa
2. Ketum FLP terdahulu & tim
3. Pergantian pemimpin
4. Kesempatan belajar & beramal
5. Perbedaan

oleh Munas FLP ke-3 tahun 201319.38.00

#SintaYudisia @penasinta: "Dengan Doa, Cinta kan Meluncur Lewat Lorong-lorong Rahasia" | Pidato Ketum @FLPOke (1/5)

oleh Sinta Yudisia

Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh.

Ba’da tahmid dan shalawat.

Teman-teman FLPBisa!, kawan literasi semua, Alhamdulillah MUNAS 3 FLP berlangsung lancar dalam limpahan perlindungan, ramhat, barakah dan rizqi Nya. Berikut saya sampaikan uraian pidato perdana ketua umum FLP 2013-2017, yang disampaikan pada Sabtu malam 31 Agustus 2013. Pidato singkat ini sudah saya sampaikan, kali ini dilengkapi dengan uraian. Semoga pidato ini memberikan manfaat ilmu, pencerahan bagi kita semua.

Pidato kali ini berisi 5 point penting :
1. Doa
2. Ketum FLP terdahulu & tim
3. Pergantian pemimpin
4. Kesempatan belajar & beramal
5. Perbedaan

1. Doa
Doa adalah intisari ibadah. Doa adalah senjata orang-orang yang yakin dan percaya. Secara pribadi saya punya buku list doa, baik berisi daftar doa keinginan saya pribadi maupun nama-nama orang-orang yang saya doakan. Semoga ini bukan berarti riya, tetapi sharing kepada teman-teman tentang betapa ajaibnya doa. Betapa doa ini juga seringkali kita tinggalkan.

Mendoakan diri sendiri dan orang lain secara definitive, memiliki makna keseriusan dan kedekatan. Bila kita ingat, atau sesekali melihat film klasik tentang kerajaan zaman dahulu baik di Indonesia , China, Jepang, dll, rakyat yang menghadap raja mereka seringkali berkata , “Salam untuk Yang Mulia. Semoga berlimpah kejayaan, kekayaan, keturunan, memiliki nama besar, “ dst, dsb. Lagu kebangsaan negeri William-Kate adalah God Save the Queen. Tuhan menyelamatkan sang Ratu.

Setiap doa yang berisi kebaikan akan menuai kebajikan. Itulah yang diingatkan oleh Aa Gym kepada kita. Seringkali, saat benci melanda kita mudah mengumpat baik kepada pemimpin, artis, koruptor dll dengan mengatakan, “dasar pemimpin kotor! Dasar artis porno! Dasar koruptor najis!” Jarang diantara kita yang lantas mendoakan –meski hati kita benci setengah mati-“Semoga Pemimpin kita diberikanNya hidayah, kekuatan mengemban amanah.”

Andaikan, 10 juta dari 260 juta rakyat Indonesia setiap hari mendoakan Pak SBY usai sholat Shubuh misalnya, apalagi ditambah sholat malam dan dhuha, akan lebih baik. Silakan kritik tetap berjalan, oposisi tetap bersuara, hukum harus ditegakkan, tetapi…jauh di ruang rahasia, dalam malam rahasia, dalam hubungan rahasia kita dengan Sang Maha Pencipta, kita tetap mendoakan siapapun orang yang membutuhkan. Siapa tahu, orang yang buruk, celaka, tersesat akan mendapatkan jalan terang dan suatu saat menolong kita di saat dibutuhkan.

Begitupun saya.

Saya seringkali tidak bisa menolong seorang teman yang membutuhkan bantuan: minta bantuan uang, minta diterbitkan karya, minta dicarikan jodoh, minta dicarikan pekerjaan. Tetapi bukan lantas ketika kita bilang “tidak bisa” maka sudah tertutup kemungkinan menolongnya. Lewat doa, pada waktu istijabah, dengan khusyuk dan airmata tulus, cinta kita kepada seseorang akan meluncur lewat lorong-lorong rahasia.

“Ya Allah, jadikan saudara-saudaraku dalam dakwah kepenulisan ini tetap istiqomah : Mba HTR, Asma Nadia, Intan Savitri, Irfan Hidayatullah, Teh Imun, Kang Abik, Mulati Yeni, Azzura Dayana, Benni Arnas, Gegge Mapangewa, Sutono, Luthfi Hakim, Gol A Gong, Halfino Berry, Ali Muakhir, Benny Rhamdani , Yons Achmad…dan seterusnya”

“Ya Allah, jadikan saudara saudari kami yang masih sendiri, mendapatkan jodoh yang mulia dari sisiMu…(menyebut nama).”


“Ya Allah, jadikan saudara-saudara kami yang belum memiliki keturunan, mendapatkan anak-anak yang sholih dan sholihah…(menyebut nama).”


“Ya Allah, jadikan saudara-saudariku ini yang tengah menghadapi cobaan berat, mendapatkan pertolonganmu…(menyebut nama).”


Dan doa-doa yang lain.

Nama yang kita sebut, bukan hanya mereka yang berjasa dalam hidup kita, tetapi mereka yang sedang mengemban amanah, mereka yang sedang menjalankan tugas, bahkan mereka yang kita benci setengah mati! Saya pernah mendoakan beberapa orang yang selalu punya friksi, dan usai mendoakan mereka hati terasa damai. Esok hari, ketika bertemu, fikiran lebih jernih, hati lebih lapang dan tidak emosional. Saat ia masih bertingkah buruk, maka hati saya berkata, “…tunggu, akan kuadukan kau pada Tuhanku. Akan kudoakan kau , semoga menjadi lebih baik dari hari ini.”

Saya mungkin tidak selamanya berjalan lurus, naudzubillah. Maka, tolong, doakan sang pemimpin ini dalam perjalanan 4 tahun ke depan. Siapa tahu, saat kelelahan mengemban amanah, maka pijar-pijar doa yang membentang dari Sabang hingga Papua, dari satu benua ke benua lain, akan menguatkan langkah rapuh seorang manusia. (bersambung)

oleh Munas FLP ke-3 tahun 201319.37.00