Kamis, 05 September 2013

Jakarta Bali Saling Mengerti | Cerita Munas 3 FLP di Bali (1)

oleh Yons Achmad*

Berawal dari pertemuan sastra di Hotel Kaisar Jakarta.  Selain sastrawan-sastrawan terkemuka hadir, juga 10-an orang pasukan FLP  datang.  Disela-sela kegiatan, iseng aja saya nyeletuk “Kayaknya asyik neh kalau ntar munas 3 FLP diadain di Bali”. Mbak Ije yang saat itu juga hadir bilang “Boleh, siap jadi  SC (Sterring Comittee) ya?”  “Oke Siaap” saya menyambut tantangan Mbak Ije dengan senang hati. Sementara Sudiyanto (FLP Jakarta Raya) lalu diputuskan jadi Ketua Panitianya. Menangani hal-hal teknis kepanitiaan bersama FLP Bali.

Perjalanan kepanitiaan memang penuh liku. Koordinasi berjalan tanpa pernah saling ketemu dan kenal sebelumnya antara Jakarta dan Bali. Walau setelah kami sadari diakhir Munas kepanitiaan ini keliru. Harusnya cukup panitia Bali plus SC dari BPP. Argumen awal nya, BPP hanya ingin apresiasi FLP Jakarta Raya untuk terlibat bareng BPP untuk sama-sama bekerja sama. Saling bantu wujudkan event 4 tahunan itu. Tapi sudahlah. Ini jadi pelajaran bersama. Lantas, bagaimana perjalanan kepanitiaan?

Seperti biasanya. Manusia deadline, jauh hari sebelum munas masih santai-santai aja. Baru, dekat-dekat hari ke munas, aktivitas padat. Mulai siapin acara, cari dana dan beresin draf-draf. Agak was-was juga pada peserta, karena hanya sedikit saja yang konfirmasi untuk datang ke Bali. Maju mundur, pertanyaan yang muncul apa bisa nanti terpenuhi kuorum. Deg-degan betul. Tapi, dekat-dekat hari, peserta mulai pada konfirmasi. Walau, tak banyak yang langsung bayar registrasi. 300 ribu untuk peserta (utusan) dan 500 ribu untuk peninjau (penggembira). Gawat. Dana belum ada, sementara sponsor juga belum bermunculan. Setelah kami pikir-pikir, iya, acara habis lebaran. Tentu nuansa bisnis, aktivitas kantor belum normal betul. Sementara dana (uang) dari kebanyakan orang biasanya habis-habisan ketika pulang kampung.

Bagaimana ini? Yups. Galibu alias galang lima puluh ribu solusinya. Panitia bahu membahu sosialisasikan donasi via galibu itu. Harapannya, dengan dana tersebut bisa menutup biaya hotel dan konsumsi 200-an orang di Bali. Sayang, ada sedikit salah komunikasi. Informasi yang berkembang, bagi peserta yang sudah menyumbang  minimal 50 ribu maka biaya hotel dan konsumsi selama 4 hari di acara munas gratis. Memang, asumsinya begitu, kalau banyak yang nyumbang, dari anggota FLP, simpatisan atau siapapun maka dana Munas yang direncanakan sekitar 400 juta-an akan mudah tertutup.  Kita membayangkan akan dapat dana mudah dengan cara demikian. Perkiraan meleset.  Dana galibu hanya terkumpul 30 % saja. Tapi Alhamdulillah.  Kabar baiknya, setelah munas berakhir, semua dana khususnya hotel dan konsumsi, sudah diselesaikan di tingkatan “elit” entah bagaimana caranya, yang pasti urusan itu sudah beres.

Ada satu kesan yang saya tangkap dari kepanitian munas, FLP Jakarta dan Bali.  Tiap hari kita koordinasi penuh. Terutama 2 Minggu sebelum hari H. Itu  semua dilakukan disela-sela pekerjaan masing-masing. Keputusan-keputusan diambil secara cepat.  Rasa saling mengerti selalu kita kedepankan. Dengan begitu, harapannya, acara akan berjalan dengan lancar, maksimal dan sesuai rencana. Dan, syukur pada Allah, kita berhasil.

Khusus untuk Wiwid (Ketua FLP Bali) sekaligus panitia Bali, Sebagai SC  saya perlu acungkan jempol.  Beberapa bulan sebelum munas Bali, saya memang telah ketemu dan ngobrol-ngobrol sama dia di Bali.   Saat saya liburan plus  disewa sebuah perusahaan untuk survey wisata muslim disana. Penglihatan sepintas, kayaknya Wiwid dan tim  bisa diandalkan. Dan benar, pada akhirnya Munas 3 Bali bisa berjalan dengan lancar. Semua acara bisa terlaksana.  Begitulah, kadang sebuah pekerjaan atau impian tak sesulit yang kita bayangkan. Asalkan ada kebersamaan dalam mengerjakan. Tengkyu semuanya (bersambung).

*) SC Munas 3 FLP
Dari http://penakayu.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar