Kamis, 05 September 2013

#SintaYudisia @penasinta: "Dengan Doa, Cinta kan Meluncur Lewat Lorong-lorong Rahasia" | Pidato Ketum @FLPOke (1/5)

oleh Sinta Yudisia

Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh.

Ba’da tahmid dan shalawat.

Teman-teman FLPBisa!, kawan literasi semua, Alhamdulillah MUNAS 3 FLP berlangsung lancar dalam limpahan perlindungan, ramhat, barakah dan rizqi Nya. Berikut saya sampaikan uraian pidato perdana ketua umum FLP 2013-2017, yang disampaikan pada Sabtu malam 31 Agustus 2013. Pidato singkat ini sudah saya sampaikan, kali ini dilengkapi dengan uraian. Semoga pidato ini memberikan manfaat ilmu, pencerahan bagi kita semua.

Pidato kali ini berisi 5 point penting :
1. Doa
2. Ketum FLP terdahulu & tim
3. Pergantian pemimpin
4. Kesempatan belajar & beramal
5. Perbedaan

1. Doa
Doa adalah intisari ibadah. Doa adalah senjata orang-orang yang yakin dan percaya. Secara pribadi saya punya buku list doa, baik berisi daftar doa keinginan saya pribadi maupun nama-nama orang-orang yang saya doakan. Semoga ini bukan berarti riya, tetapi sharing kepada teman-teman tentang betapa ajaibnya doa. Betapa doa ini juga seringkali kita tinggalkan.

Mendoakan diri sendiri dan orang lain secara definitive, memiliki makna keseriusan dan kedekatan. Bila kita ingat, atau sesekali melihat film klasik tentang kerajaan zaman dahulu baik di Indonesia , China, Jepang, dll, rakyat yang menghadap raja mereka seringkali berkata , “Salam untuk Yang Mulia. Semoga berlimpah kejayaan, kekayaan, keturunan, memiliki nama besar, “ dst, dsb. Lagu kebangsaan negeri William-Kate adalah God Save the Queen. Tuhan menyelamatkan sang Ratu.

Setiap doa yang berisi kebaikan akan menuai kebajikan. Itulah yang diingatkan oleh Aa Gym kepada kita. Seringkali, saat benci melanda kita mudah mengumpat baik kepada pemimpin, artis, koruptor dll dengan mengatakan, “dasar pemimpin kotor! Dasar artis porno! Dasar koruptor najis!” Jarang diantara kita yang lantas mendoakan –meski hati kita benci setengah mati-“Semoga Pemimpin kita diberikanNya hidayah, kekuatan mengemban amanah.”

Andaikan, 10 juta dari 260 juta rakyat Indonesia setiap hari mendoakan Pak SBY usai sholat Shubuh misalnya, apalagi ditambah sholat malam dan dhuha, akan lebih baik. Silakan kritik tetap berjalan, oposisi tetap bersuara, hukum harus ditegakkan, tetapi…jauh di ruang rahasia, dalam malam rahasia, dalam hubungan rahasia kita dengan Sang Maha Pencipta, kita tetap mendoakan siapapun orang yang membutuhkan. Siapa tahu, orang yang buruk, celaka, tersesat akan mendapatkan jalan terang dan suatu saat menolong kita di saat dibutuhkan.

Begitupun saya.

Saya seringkali tidak bisa menolong seorang teman yang membutuhkan bantuan: minta bantuan uang, minta diterbitkan karya, minta dicarikan jodoh, minta dicarikan pekerjaan. Tetapi bukan lantas ketika kita bilang “tidak bisa” maka sudah tertutup kemungkinan menolongnya. Lewat doa, pada waktu istijabah, dengan khusyuk dan airmata tulus, cinta kita kepada seseorang akan meluncur lewat lorong-lorong rahasia.

“Ya Allah, jadikan saudara-saudaraku dalam dakwah kepenulisan ini tetap istiqomah : Mba HTR, Asma Nadia, Intan Savitri, Irfan Hidayatullah, Teh Imun, Kang Abik, Mulati Yeni, Azzura Dayana, Benni Arnas, Gegge Mapangewa, Sutono, Luthfi Hakim, Gol A Gong, Halfino Berry, Ali Muakhir, Benny Rhamdani , Yons Achmad…dan seterusnya”

“Ya Allah, jadikan saudara saudari kami yang masih sendiri, mendapatkan jodoh yang mulia dari sisiMu…(menyebut nama).”


“Ya Allah, jadikan saudara-saudara kami yang belum memiliki keturunan, mendapatkan anak-anak yang sholih dan sholihah…(menyebut nama).”


“Ya Allah, jadikan saudara-saudariku ini yang tengah menghadapi cobaan berat, mendapatkan pertolonganmu…(menyebut nama).”


Dan doa-doa yang lain.

Nama yang kita sebut, bukan hanya mereka yang berjasa dalam hidup kita, tetapi mereka yang sedang mengemban amanah, mereka yang sedang menjalankan tugas, bahkan mereka yang kita benci setengah mati! Saya pernah mendoakan beberapa orang yang selalu punya friksi, dan usai mendoakan mereka hati terasa damai. Esok hari, ketika bertemu, fikiran lebih jernih, hati lebih lapang dan tidak emosional. Saat ia masih bertingkah buruk, maka hati saya berkata, “…tunggu, akan kuadukan kau pada Tuhanku. Akan kudoakan kau , semoga menjadi lebih baik dari hari ini.”

Saya mungkin tidak selamanya berjalan lurus, naudzubillah. Maka, tolong, doakan sang pemimpin ini dalam perjalanan 4 tahun ke depan. Siapa tahu, saat kelelahan mengemban amanah, maka pijar-pijar doa yang membentang dari Sabang hingga Papua, dari satu benua ke benua lain, akan menguatkan langkah rapuh seorang manusia. (bersambung)

0 komentar:

Posting Komentar