Kamis, 05 September 2013

#SintaYudisia @penasinta: "Menerima Amanah Memang Berat, Tapi InsyaAllah Bersamanya Ada Pertolongan Allah" | Pidato Ketum @FLPOke (4/5)

oleh Sinta Yudisia

Saat suatu amanah ditawarkan, kita seringkali dihantui hadits yang kurang lebih demikian, “bahwa pemimpin yang adil akan masuk surga, pemimpin dzalim akan diharamkan aroma surga. Pemimpin adil termasuk dalam 7 golongan yang dilindungi Allah SWT di yaumil akhir nanti.”

Hadits ini demikian populer sehingga mengabaikan hadits-hadits yang lain, yang kurang lebih makna-maknanya sebagai berikut :

“Satu hari pemimpin yang adil jauh lebih lebih besar nilainya dibanding 60 tahun ibadah orang biasa.”

“Allah menyukai manusia yang terlibat urusan-urusan besar, bukan sekedar perkara remeh.” (salah satu urusan besar adalah perkara ummat)


Memang, mengerikan bila pemimpin menjadi dzalim, karenanya dibutuhkan kerja tim yang saling mengingatkan dan menguatkan agar dampak weapon effect tidak menimpa pemimpin. Secara manusiawi, pemimpin akan menjadi otoriter akibat hal-hal yang melekat padanya: pujian, rasa segan, peluang finansial, status, dan hak prerogatif.

Menjadi pemimpin, menerima amanah, adalah mengambil peluang-peluang untuk belajar banyak hal sekaligus mengamalkannya: bagaimana membagi waktu hingga detik, bagaimana mengatur jadwal, bagaimana berusaha menata emosi, bagaimana mencoba mendengar dari bawah hingga ke atas, termasuk bagaimana meningkatkan kapasitas diri dalam segala hal.

Menjadi pemimpin dan timnya adalah kesempatan untuk beramal besar.

Saat Munas kemarin, ketika kita tertidur nyenyak dan makan lahap, tidakkah terpikir berapa besar pahala Sie Konsumsi dan Sie Akomodasi? Mereka bukan saja membantu musafir, mujahid; di setiap nasi yang kita telan ada jerih payah panitia yang insyaAllah tak akan luput dari pencatatan Roqibun Atiid. Setiap nasi yang meluncur, setiap detik yang berlalu, setiap detak yang berjalan adalah puji-pujian bagi setiap pelaku kebaikan: semoga dilipat gandakan oleh Allah keberkahan hidupnya.

Maka, siapa yang tidak tertarik untuk bersama-sama memikul amanah?

Ketika hati dukalara akibat kesulitan finansial, atau jodoh, atau keturunan, atau tipu muslihat, atau perilaku manusia dan instansi; manusia dapat mengadu kepada TuhanNya dengan bekal segala pengorbanan yang ia punya. Tidak untuk bersikap pamrih, atau balas budi pada Tuhan. Tentu kita masih ingat peristiwa orang-orang sholih yang terjebak dalam gua, kemudian mereka menyebutkan satu demi satu amal yang pernah dilakukan. Subhanallah, batu besar bergeser dan mereka terlepas dari kesulitan.

Saya pribadi, seringkali berani menerima amanah dakwah sebab merasa tak punya amalan berarti untuk menagih janji pada Tuhan. Pada saat-saat sulit, kritis, seringkali doa terlontar,
“Ya Allah, tidaklah kuhabiskan uangku untuk maksiat di jalanMu, maka bukakan pintu-pintu rizqi. Ya Allah, tidaklah kuhabiskan waktuku untuk maksiat di jalanMu, maka jagalah keluargaku, anak-anakku, suamiku. Ya Allah, tidaklah kuhabiskan hidup ini untuk menentangMu, sementara aku demikian kesulitan membagi waktu, membagi jadwal, maka penuhilah hajat-hajatku, bantulah aku…”

Ya. Menerima amanah memang berat, tetapi insyaAllah bersamanya ada pertolongan Allah terentang. Maka, bagi teman-teman yang bersemangat membantu tim FLP 2013 -2017 ke depan, fastabiqul khoirot!

Ayo, bergabung bersama gerbong literasi, mencerahkan ummat ini.
“Saya mau jadi tim humas!”
“Saya mau jadi tim dana!”
“Saya mau jadi tim divisi kritik sastra!”


Untuk sementara ini, belum tersedia gaji pagi para penggerak FLP. Tapi jangan khawatir. Ketika kita berdakwah, melakukan kebaikan, kita tetap bisa meminta gaji.

“Ya Allah, aku bekerja padaMu. Maka gajilah aku dengan yang jauh lebih hebat dari manusia menggajiku. Mereka hanya bisa menggajiku 500 ribu, atau 1 juta, atau 1M. Tapi Engkau sanggup memberi lebih.”

Tentu, ke depan, FLP ingin mampu memberikan uang lelah kepada teman-teman sebagai pengganti bensin dan pulsa, seiiring kemapanan organisasi ini mengelola setiap perangkat-perangkatnya, termasuk perangkat bisnis usaha sehingga dapat menyediakan dana cukup bagi roda organisasi.


***

Tulisan ini termasuk dalam seri pidato Ketua Umum FLP 2013-2017, Sinta Yudisia yang berisi 5 point penting :
1. Doa
2. Ketum FLP terdahulu & tim
3. Pergantian pemimpin
4. Kesempatan belajar & beramal
5. Perbedaan

0 komentar:

Posting Komentar